Rezeki, keberuntungan, prospek kebahagiaan, inspirasi, solusi, terobosan dan jalan terang lebar membentang; petunjuk berserakan, melimpah ruah mana-mana, tapi manusia kerap abai dan lebih menuruti kata <a href="/topik/hati/">hati</a>. Dalam kebebalan dan egoisme tingkat tinggi dia mengimani skenario dan rencana yang dia buat sendiri, lupa bahwa dia cuma wayang, sekadar pelakon dalam skenario akbar drama <a href="/topik/kehidupan/">kehidupan</a> ini. Dan jika jalan yang dia pilih berujung pada tragedi, dengan mudah dia patah arang, frustrasi, merasa disia-siakan dan didzolimi... Wayang yang bernama manusia Jelas dia berusaha dan berdoa: dalam doa itu sisipkan permintaan agar Sang Maha Sutradara berkenan memberi Taufik dan Hidayah, agar dibukakan mata hati dan diasah kepekaan naluri kita untuk menangkap sinyal dan isyarat tentang apa yang Dia mau atas hidup kita. Bukannya diam dan pasif mengikuti pusaran nasib yang seperti tak menentu. So, manusia egois yang saya maksud di atas adalah orang yang gersang spiritualnya, sok pintar dan sak karepe dewe. Tidak mau bertanya dan memohon petunjuk dari Tuhannya. Wayang itu bernama manusia - Arif Subiyanto